Kondisi Lahan Basah Rawa Gambut, Pesisir Pantai Pagatan Besar dan Tangkapan Air Damit

Kalimantan Selatan memiliki lahan basah seluas 1,14 juta hektar dari total luas Propinsi Kalsel sebesar 3,7 juta hektar. Lahan Basah (wetlands) menurut konvensi Ramsar, dapat diartikan sebagai lahan basah yang secara alami atau buatan selalu tergenang, baik secara terus-menerus ataupun musiman, dengan air yang diam ataupun mengalir. Air yang menggenangi lahan basah dapat berupa air tawar, payau dan asin. Tinggi muka air laut yang menggenangi lahan basah yang terdapat di pinggir laut tidak lebih dari 6 meter pada kondisi surut. Universitas kita tercinta, yaitu Universitas Lambung Mangkurat mencanangkan lahan basah sebagai riset unggulan. Maka Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM) mempunyai tanggung-jawab sosial untuk mengembangkan lahan rawa. Untuk itu, UNLAM menyatakan untuk menghasilkan sumberdaya manusia dan ipteks yang berkualitas, dan berorietansi pada kebutuhan pembangunan dengan lingkungan lahan basah sebagai program unggulan. Maka dari itu, setiap program studi yang ada di UNLAM diharapkan memiliki keunggulan-keunggulan dalam pengembangan Visi dan Misi UNLAM yaitu berhubungan dengan pengembangan lahan basah sesuai kondisi kawasan Kalimantan Selatan saat ini.
Bertitik tolak dari hal tersebut, mahasiswa-mahasiswi Universitas Lambung Mangkurat yang mengambil Mata Kuliah Pengenalan Lingkungan Lahan Basah pada semester genap 2008/2009 melakukan penelitian berupa praktikum lapangan ke beberapa lahan basah yang ada di Kalimantan Selatan untuk mengetahui potensinya agar dapat dikembangkan menurut bidang ilmunya masing-masing. Pada praktikum lapangan yang dilakukan pada tanggal 8 Juni 2009 sampai dengan 10 Juni 2009, kami melakukan observasi lapangan di tiga tempat, yaitu lahan basah rawa gambut yang berlokasi di Km. 17 Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar, lahan basah kawasan rawa pesisir pantai di Desa Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut, dan lahan basah daerah Tangkapan air (Damit) Kabupaten Tanah Laut. Lahan basah yang pertama kali diobservasi adalah lahan basah rawa gambut yang berlokasi di Km. 17 Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar. Kondisi lingkungan lahan basah di Gambut berupa lingkungan lahan basah berair. Dimana hampir sepanjang lahan terdapat berbagai macam flora dan fauna yang berpotensi sebagai tanaman obat, seperti teratai, pohon Galam, karamunting, kelakai (jenis paku-pakuan), patikan kebo, hewan-hewan air misal ikan-ikan kecil dan katak. Tanaman yang sangat mendominasi di lahan basah gambut ini ialah tumbuhan purun tikus dan pohon galam. Purun tikus yang terdapat disini berfungsi sebagai penyerap logam yang ada di air dan tanah sehingga polusi berupa logam dapat dikurangi, namun ini tidak berlangsung lama karena jumlah dari tumbuhan purun tikus itu sendiri juga berkurang karena adanya pembukaan lahan baru. Daerah yang dijadikan tempat observasi ini telah mengalami reklamasi yang ditandai dengan adanya penumpukan tanah urukan. Reklamasi ini memungkinkan timbulnya ketidakseimbangan ekosistem lingkungan lahan basah yang ada di Gambut. Proses reklamasi ini berakibat tertutupnya daerah tampungan air sehingga apabila kapasitas air bertambah maka dapat menyebabkan melimpahnya air (banjir) dan juga akibat reklamasi yaitu hilangnya vegetasi-vegetasi yang terdapat di daerah tersebut terutama vegetasi yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Selain itu, proses reklamasi yang terjadi yaitu adanya lahan bekas pembakaran dimana lahan gambut merupakan daerah yang mudah terbakar. Pembakaran lahan gambut ini menyebabkan tanah menjadi tambah asam padahal tanah di lahan gambut sudah bersifat asam. selain itu dampak pembakaran menyebabkan polusi udara yang dapat mengganggu kesehatan seperti gangguan saluan pernafasan dan juga menyebabkan bermigrasinya populasi nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit. Sejauh ini, lahan yang akan direklamasi tersebut tidak diurus dan ditata dengan baik sehingga menimbulkan masalah baru bagi kesehatan dan pencemaran lingkungan. Berdasarkan observasi yang dilakukan di lahan gambut yang dilakukan pada tiga stasiun diperoleh hasil yaitu dilihat dari segi tanamannya:
  1. Pada stasiun I, tanaman yang paling dominan yaitu purun tikus. Tanaman lain yang terdapat disana dan berpotensi sebagai obat seperti Teratai, Karamunting, Patikan kebo, lengkinis dan tanaman galam.
  2. Pada stasiun II, tanaman yang paling dominan yaitu tanaman galam sedangkan tanaman lain yang juga terdapat disanan yaitu tanaman purun tikus dimana populasi tanaman pada stasiun ini lebih tinggi dibanding di stasiun I, tanaman karamunting dan tanaman teratai
  3. Pada stasiun III, tanaman yang dominan yaitu tanaman galam. Jumlah tanaman galam pada stasiun III ini lebih dominan dari stasiun yang lainnya.
Keadaan lahan gambut dilihat dari kondisi airnya yaitu air di lahan gambut berwarna tampak hitam ketika dilihat dari permukaan dan berbau, ketika sampel air diambil ternyata berwarna kekuningan. Air di daerah tersebut ada sebagian daerah yang tampak kelihatan berminyak dimana hal ini menandakan bahwa air tersebut mengalami pencemaran. Berdasarkan hasil pengukuran suhu air dan tanah diperoleh pH air dan tanah berada pada rentang pH 5-6 yang berarti air dan tanah tersebut bersifat asam, sedangkan suhu air dan tanah berada pada rentang 27-28oC dengan suhu awal udara 26-27oC. Di sekitar lahan gambut ini tidak di temukan tempat tinggal penduduk. Selain itu, di sepanjang jalan menuju daerah observasi di Gambut ditemukan tanaman kelakai. Tanaman jenis paku-pakuan ini habitatnya memang di daerah yang basah dan tergenang. Tanaman ini memiliki sistem perakaran serabut dan cara penyebaran dengan tunas dan sulur serta spora. Tanaman cukup mudah berkembang dan bila dibiarkan akan menutupi area yang cukup luas. Tanaman ini memiliki banyak khasiat, seperti antidiare. Selain itu, juga dipercayai oleh masyarakat Dayak sebagai obat penambah darah serta obat awet muda. Tidak lupa juga, pucuk muda kelakai ini adalah bahan masakan yang cukup lezat dan di kalangan penduduk asli kalimantan merupakan salah satu makanan favorit (oseng kelakai contohnya). Menariknya, tumbuhan yang kerap dijadikan sayur itu memiliki manfaat unik. Kalakai ternyata dapat menunda proses penuaan manusia. Berdasarkan studi empirik, diketahui bahwa kalakai dipergunakan oleh masyarakat suku Dayak Kenyah untuk mengobati anemia, pereda demam, mengobati sakit kulit, serta sebagai obat awet muda. Wongso Kesuma, mahasiswa Fakultas Kedokteran Unlam tertarik melakukan penelitian kandungan zat pada kalakai yang merupakan jenis tanaman jenis paku-pakuan, apalagi diyakini sebagai obat awet muda. Dari hasil penelitian, Wongso mendapatkan bahwa kandungan zat bioaktif kalakai di daun adalah flavonoid sebesar 1,750 persen, streroid sebesar 1,650 persen, dan alkaloid sebesar 1,085 persen. Sementara di batang, ternyata kalakai mengandung flavonoid sebesar 3,010 persen, steroid sebesar 2,583 persen dan alkaloid sebesar 3,817 persen. Dari serangkaian penelitian yang dilakukan, ia menyimpulkan bahwa kalakai mengandung zat bioaktif yang bersifat seperti anti oksidan seperti vitamin C, vitamin A, dan flavonoid. Zat bioaktif tersebut bekerja secara sinergis dengan makanisme antara lain dengan mengikat ion logam, radikal hidroksin dan oksigen singlet sebagai penghambat penuaan. Lahan basah yang selanjutnya kami obnservasi adalah lahan basah kawasan rawa pesisir pantai di Desa Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. Kondisi pantai sangat buruk dan memprihatinkan karena pesisir pantai yang terus mengalami abrasi akibat gelombang air laut dan juga banyak sedimen di bibir pantai yang terbawa oleh air laut sehingga pantai menjadi dangkal dan dapat mengakibatkan ekosistem pesisir pantai menjadi tidak stabil. Hal ini memicu terjadinya banjir ketika air pasang dalam hingga memasuki pemukiman penduduk. Setelah banjir akibat pasang dalam air laut berkurang, timbul kerusakan lingkungan dan sanitasi karena beberapa sampah hasil rumah tangga yang terbawa arus air teringgal di sekitar pinggir pantai. Sehingga pencemaran di pesisir pantai tidak terelakkan lagi. Selain itu, abrasi juga dapat menyebabkan kerusakan tanaman yang berpotensi sebagai obat tradisional. Di daerah bibir pantai banyak terdapat “timpakul” yang merupakan hewan dua alam yang konon katanya berkhasiat sebagai obat asma. Selain itu, adapula yang berpendapat bahwa semakin besar “timpakul” semakin besar pula tingkat pencemarannya. Beberapa meter dari pinggir pantai terdapat tanah berlumpur yang dulunya merupakan lahan basah (rawa), disekitar lahan ini sangat banyak terdapat tumbuhan purun tikus, rumput teki, paku-pakuan, dan beberapa tumbuhan lainnya. Di samping lahan ini, terdapat peternakan sapi. Pengukuran pH dan kelembaban tanah bertujuan untuk mengetahui kondisi tanah di pesisir pantai, pengukuran menggunakan alat Soilmeter. Hasil pengukuran yang dilakukan pada tiga tempat yang berbeda menunjukkan bahwa lokasi 1 memiliki pH 6,9 dan kelembaban sebesar 10 %, lokasi 2 memiliki pH 6,9 dan kelembaban sebesar 15 %, dan lokasi 3 memiliki pH 5,8 dan kelembaban sebesar 100 %. Makin dekat dengan bibir pantai menunjukkan besar pH makin mengecil dan kelembaban makin besar karena pengaruh air laut yang bersifat asin (garam atau sedikit basa). Kondisi pantai seperti ini sangat sedikit tanaman yang mampu bertahan karena air laut akan mempengaruhi kondisi tanah sehingga hanya tanaman tertentu seperti bandotan, pohon nippon, pohon bakau, dan tumbuhan liar lainnya yang mampu hidup dengan kondisi tanah ini. Tanaman yang ada di Pagatan Besar yang berpotensi sebagai tanaman obat kurang diketahui oleh masyarakat disana. Hal itu membuktikan kurangnya informasi dan penyuluhan dari instansi yang terkait tentang kegunaan tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat yang ada disekitar mereka. Sangat disayangkan apabila hal ini terus menerus tejadi karena hal tersebut merugikan masyarakat sekitar, yang seharusnya dapat menggunakan tanaman obat atau tanaman herbal sebagai alternatif lain selain berobat ke dokter. Pada daerah Pagatan Besar terdapat tanaman obat yang seperti bandotan, bangley, dan beluntas. Tanaman obat seperti bandotan dapat digunakan dalam menangani penyakit antara lain malaria, influenza, tumor rahim, dan sariawan. Daun bandotan dapat digunakan pula sebagai insektisida nabati. Bagian yang digunakan untuk obat adalah herba (bagian di atas tanah) dan akar. Herba yang digunakan berupa herba segar atau yang telah dikeringkan. Tanaman selanjutnya yaitu beluntas, yang berguna antara lain dalam mengobati gangguan pencernaan pada anak, TBC kelenjer leher, nyeri rematik, menghilangkan bau badan, dan menurunkan panas. Selain itu, juga terdapat pohon-pohon bakau (Rhizophora sp), yang biasanya tumbuh di zona terluar, mengembangkan akar tunjang (still root) untuk bertahan dari ganasnya gelombang seperti jenis pohon api-api (Avicennia sp) yang merupakan salah satu tumbuhan pionir pada lahan pantai yang terlindung, memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada habitat pasang-surut, bahkan ditempat asin sekalipun. Akarnya sering dilaporkan membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses pembentukan tanah timbul. Tumbuhan api-api dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Daun api-api (Avicennia marina) dapat dimanfaatkan juga sebagai bahan pakan ternak dan dipakai sebagai obat antifertilitas tradisional oleh masyarakat pantai. Ekstrak dari tumbuhan ini berpotensi sebagai obat antifertilitas. Hampir seluruh bagian tumbuhan ini dapat dimanfaatkan seperti akar, kulit batang, daun, bunga atau biji, bahkan eksudat tanamannya (zat nabati yang secara spontan keluar, dikeluarkan, atau diekstrak dari jaringan sel tanaman). Ekstrak daun api-api mengandung senyawa aktif glikosida triterpena yang mempunyai struktur siklik yang relatif komplek dan sebagian besar merupakan senyawa alkohol, aldehid atau asam karboksilat. Alkohol yang diberikan pada awal kebuntingan dapat merusak plasenta sehingga secara langsung mengganggu proses perkembangan embrio. Alkaloid dan flavonoid dapat meracuni embrio dan menghambat kontraksi otot polos. Berdasarkan hasil observasi dilapangan, tanaman yang berpotensi obat di daerah Pagatan Besar seperti tanaman bandotan, nippon atau rumput jepang, tapak liman, rumput teki, jambu biji, Kelakai, beluntas, sirsak sedangkan tanaman yang biasa digunakan oleh sebagian kecil masyarakat sebagai obat berdasarkan informasi yang diperoleh yaitu Bangley sebagai yang digunakan sebagai jamu, daun sirsak dimanfatkan sebagai obat sakit perut, dan kangkung laut sebagai obat luka. Kami mewawancarai masyarakat secara acak tentang penggunaan tanaman obat sebagai penyembuh ketika sakit. Diperoleh informasi bahwa masyarakat jarang menggunakan tanaman obat untuk mengobati suatu penyakit. Mereka mengatakan lebih banyak menggunakan obat-obatan modern atau sintesis dari dokter untuk menyembuhkan penyakit. Mereka jarang sekali atau bahkan tidak pernah tahu tanaman apa saja yang dapat dimanfaatkan sebagai obat dari alam sekitar mereka. Dipandang dari segi sanitasinya air lingkungan pagatan besar kurang memenuhi syarat sebagai air bersih. Hal ini menyebabkan penduduk pagatan besar memperoleh air besih diluar daerah pagatan besar. Sanitasi didaerah ini juga dipengaruhi oleh salinitas air laut di pagatan besar. Resapan air laut ke sumur-sumur warga di daerah pagatan besar secara langsung akan mepengaruhi kualitas air sumur warga, rasa air sumur payau dan tidak layak untuk konsumsi karena mengandung kalsium yang tinggi (didapat dari wawancara masyarakat sekitar pantai yang menyatakan ketika air sumur dimasak maka akan timbul endapan putih di dasar bejana). Lahan basah yang mnenjadi tempat observasi terakhir adalah lahan basah daerah Tangkapan air (Damit) Kabupaten Tanah Laut. Damit merupakan bendungan atau daerah tangkapan air hasil buatan manusia yang terletak 2 kilometer dari pemukiman penduduk. Bendungan ini menampung air dalam jumlah sangat besar yang biasanya digunakan oleh penduduk sekitar untuk mengairi irigasi sawah, ladang, dan sekaligus tempat untuk menangkap ikan bagi penduduk. Bendungan ini mampu menampung air yang hingga melebihi kapasitas kemampuannya sehingga dinding beton penahan bendungan pernah jebol akibat luapan air saat musim hujan yang melebihi kapasitas bendungan. Daerah Damit merupakan daerah tangkapan air yang luas tetapi kedalaman airnya tampak tidak begitu dalam sehingga daerah ini tidak dapat digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik tetapi digunakan sebagai irigasi sawah. Daerah tangkapan air ini memiliki saluran-saluran air yang mengarah ke persawahan penduduk sehingga memudahkan pengairan sawah dan ladang. Saluran air ini terlihat kurang bersih karena banyak terdapat lumut-lumut disekitarnya sehingga menghambat aliran air ke irigasi. Akibatnya tanah sawah akan mulai ditumbuhi lumut-lumut ini. Bendungan damit ini memiliki kekurangan dan kelebihan. Kekurangannya ialah jika debit air kurang maka pengairan sawah kurang optimal dan jika kelebihan debit air maka akan menimbulkan banjir di sawah dan ladang sehingga merusak hasil pertanian dan perkebunan warga sekitar serta mengancam terjadinya keretakan dinding beton penahan air (jebol). Sedangkan, kelebihan dari bendungan ini ialah jika debit air besar maka dapat membantu pengairan sawah dan ladang. Adapun vegetasi yang terdapat di daerah bendungan ini yang berpotensi sebagai obat seperti tanaman tembelekan, akasia, tapak liman, nippon. Dari hasil observasi yang telah dilakukan terhadap tiga lahan basah, yaitu lahan basah rawa gambut yang berlokasi di Km. 17 Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar, lahan basah kawasan rawa pesisir pantai di Desa Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut, dan lahan basah daerah Tangkapan air (Damit) Kabupaten Tanah Laut, dapat ditarik suatu sari pati bahwa ketiga lahan basah tersebut belum dirawat dan dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu, tugas kita semua untuk menjaga dan melestarikan lahan basah tersebut mengingat fungsinya yang universal.

Posting Komentar

0 Komentar